Mustika Bambu Buta dan Mustika Bambu Petuk (Pring Pethuk).
Mustika
Bambu Buta berbentuk kayu bambu, tetapi bagian tengahnya padat, tidak
bolong. Kegunaannya biasanya untuk jimat kanuragan (kekuatan pukulan).
Ukurannya biasanya sebesar jari tangan orang dewasa sampai seukuran pipa
1/2 inci.
Mustika Bambu Petuk (Pring Pethuk) berbentuk
kayu bambu. Memiliki ruas yang tunasnya saling berhadapan (pethuk). Kegunaannya untuk membantu mewujudkan keinginan si pemilik dalam bidang
keilmuan gaib / kebatinan / spiritual dan dalam bidang usaha ekonomi.
Penggunaan tuah Bambu Petuk bukan untuk keperluan sehari-hari, tapi untuk keperluan khusus
saja, untuk meluluskan suatu keperluan, misalnya saat akan menemui
seseorang untuk keperluan tertentu, atau untuk pergi bernegosiasi dengan relasi dagang / bisnis, dsb.
Kualitas kegaiban bambu petuk yang kita dapat dari alam manusia (alam nyata),
kualitasnya adalah nomor 2. Bambu petuk kualitas kelas satu adalah yang didapat
dari alam gaib, dengan syarat kondisi hasil penarikannya sempurna (di alam gaib juga ada pohon bambu petuk).
Keistimewaan :
- Bila dimasukkan ke dalam air sungai yang mengalir, maka bambu ini akan mengambang bergerak
melawan arus air.
-
Bila digenggam dan dicelupkan ke dalam air panas, si pemegang tidak
akan merasakan panasnya
air dan tangannya juga tidak akan melepuh.
Sebagai
catatan penting, kegaiban benda-benda
dari jenis bambu petuk dan bambu buta, kegaibannya berasal
dari sosok mahluk gaib yang berdiam di dalamnya. Dengan demikian,
jika ada manusia yang menemukannya di alam manusia, bambu-bambu itu harus dipotong dengan hati-hati.
Sebaiknya meminta petunjuk dahulu (dengan komunikasi gaib atau meminta
petunjuk
gaib / wangsit) tentang kapan memotongnya, bagaimana memotongnya, dan
tata cara beserta sesaji apa yang harus disediakan sebelum melakukan pemotongan.
Dengan demikian proses pemotongannya harus mengikuti persyaratan yang ditentukan oleh sosok gaib bambunya.
Bila persyaratan yang diminta oleh mahluk gaibnya itu tidak dipenuhi,
biasanya kegaibannya kemudian akan hilang, tidak lagi bertuah seperti
seharusnya. Jadi walaupun
kita memiliki potongan bambunya, dan bambu tersebut juga ada isi
gaibnya, tetapi tidak akan ada kegaibannya, hanya bentuk
bambunya saja yang sama, tetapi kegaibannya tidak ada, hanya akan
menjadi potongan bambu biasa saja sama seperti potongan bambu lain yang tidak bertuah.
Begitu juga bila kita akan membeli sebuah potongan bambu yang katanya
bertuah, harus ditentukan dulu dengan teliti apakah potongan bambunya
benar bertuah. Jadi potongan bambunya bukan hanya sekedar ada isi
gaibnya, tetapi juga harus benar bertuah. Kalau tidak, maka mungkin yang kita
dapatkan hanya sepotong bambu saja, tapi tidak mendapatkan tuah
apa-apa.