Batara Karang dan Jenglot.
Batara
Karang dan Jenglot adalah jasad manusia yang dahulu semasa hidupnya
memiliki ilmu kebal, yang setelah kematiannya jasadnya itu tidak
mengalami pembusukan seperti jasad manusia pada umumnya. Rohnya sendiri
terkunci di dalamnya tidak dapat keluar dari jasadnya. Dengan kondisi
seperti itu, jasad itu memiliki energi kehidupan di dalamnya dan tidak
membusuk, mirip seperti mumi. Setelah beratus-ratus tahun kemudian
jasad tersebut menyusut, mengecil, tetapi karena adanya energi kehidupan
di dalamnya, ada bagian-bagian tubuh jasad tersebut yang tetap tumbuh,
seperti bagian kuku dan rambut.
Batara
Karang dan Jenglot menyukai darah manusia untuk menyegarkan energi
kehidupan fisiknya, dan yang sudah sering diberi minum darah maka gigi
taringnya akan tumbuh memanjang seperti drakula.
Umumnya
Batara Karang dan Jenglot yang dikenal manusia panjangnya sekitar
sejengkal tangan orang dewasa. Tetapi Penulis pernah mendapati (di alam
gaib) Batara Karang seperti bayi yang panjangnya 3/4 meter, mungkin umurnya belum terlalu tua.
Di dalam tubuh Batara
Karang dan Jenglot ada roh manusia yang terkunci di dalamnya, sehingga
roh tersebut berwatak seperti orang stress / depresi dan karenanya dapat
berkecenderungan jahat. Dan kebutuhannya akan darah membuatnya akan melakukan apa saja asalkan darah itu diberikan.
Sekalipun
rohnya terkunci di dalam jasadnya, tetapi roh tersebut dapat
memancarkan kekuatan energi gaibnya keluar tubuhnya, sehingga orang yang membawanya bisa kebal senjata tajam / pukulan dan memiliki kekuatan tubuh dan pukulan seperti orang sakti. Bahkan dengan pancaran energinya Batara Karang dan Jenglot dapat membunuh manusia. Pancaran energinya bisa menghipnotis, menyebabkan manusia terpaku kehilangan kesadaran atau mengamuk seperti orang kesurupan. Pancaran energinya juga bisa memanipulasi pikiran manusia, membuat manusia merasa bisa melihat / berkomunikasi dengan roh / khodam Batara Karang / Jenglot di luar tubuhnya seperti halnya roh lain, padahal itu hanya halusinasi.
Batara Karang dan Jenglot sulit dibedakan secara fisik, karena terutama yang membedakannya adalah perwatakan dari roh yang ada di dalamnya.
Batara Karang berwatak tidak berkecenderungan jahat, tetapi bukan juga berarti berwatak baik.
Bila tidak diberi darah manusia, dia juga mau diberi darah ayam (yang masih segar).
Batara
Karang tidak menuntut untuk selalu diberi minum darah. Tetapi bila
diperintah untuk melakukan suatu perbuatan gaib, maka dia akan menuntut
diberikan darah sebagai upahnya.
Jenglot berwatak jahat. Walaupun tidak diperintah untuk melakukan
suatu perbuatan, Jenglot menuntut
untuk selalu diberi minum darah. Apalagi bila diperintahkan untuk
melakukan suatu perbuatan tertentu, maka pemberian darah itu wajib untuk
diberikan kepadanya. Jenglot
hanya mau diberi darah manusia. Jika darah manusia tidak diberikan, dia
dapat menghisap aura / energi darah manusia pembawanya atau manusia
lain dengan sorot matanya dan membunuhnya. Itulah sebabnya si pemilik jenglot akan selalu menutup mata Jenglotnya dengan kain yang tidak tembus pandang.
Kebanyakan
Batara Karang memiliki kekuatan gaib setingkat dengan mustika wesi
kuning, atau lebih sedikit, tetapi Jenglot dapat memiliki kekuatan gaib
sampai 3 kali kekuatan gaib mustika wesi kuning.
Batara Karang dan Jenglot sebenarnya tidak tergolong sebagai mustika. Tulisan ini ditujukan hanya untuk menambah pengetahuan saja, karena banyak cerita di masyarakat tentang keberadaan Batara Karang dan Jenglot yang dipelihara oleh seseorang dan dimuliakan. Walaupun tidak selalu, tetapi seringkali kepemilikan Batara
Karang dan Jenglot dimanfaatkan untuk tujuan perbuatan gaib yang tidak
baik menurut norma umum di masyarakat, misalnya untuk teluh dan santet,
guna-guna, secara gaib mengambil uang milik orang lain, mendatangkan
uang gaib, dsb.
Menimbang
efek buruknya, dan menimbang asal-usul Batara Karang dan Jenglot yang
adalah jasad manusia, sebaiknya manusia tidak memeliharanya. Sebaiknya
dimakamkan saja dengan baik dan pantas seperti layaknya jasad orang yang
sudah meninggal